Sebelumnya mohon maaf kalo tulisan ini agak2 seperti sok
tau, padahal ya cuman nerjemahin doang.. hehe... Berhubung ane dapat tugas dari
bos untuk mendesain konfigurasi sistem repeater untuk kerjaan ane yang emang
butuh banget sama yang namanya repeater, terpaksa ane belajar dari nol segala
macem tentang repeater. Ini hari kedua ane belajar repeater, coba langsung post
hasil googling ane, ya.. setidaknya ane terjemahin dulu dikit, gak langsung
copy paste. Jadi semoga pemahaman ane bener tentang repeater.
Goal dari proyek ane adalah mengkonfigurasi repeater
sehingga repeater tersebut mempunyai jangkauan yang lebih luas.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqDLKrZwoSwwzq4dqxS7EmRejZ62nzCWac4tCviuSaEZqHp_GrAb5RbjgYNlFGzfyr41WaT50A6M5Zka9MKGQoxRF-Ukh83mb3DT00JRv6gfjIw4EsD6Lv_mI0UNkHDYRq1WKxnJ-PBLfV/s1600/repeater_diagram.jpg)
Istilah-istilah yang digunakan dalam komunikasi dengan
repeater:
1.
Repeater
Sebuah repeater, dalam konsepnya, bukanlah
suatu peralatan yang rumit. Repeater adalah sebuah peralatan transmitter dan
receiver yang dikontrol secara otomatis, sehingga alat tersebut (repeater)
dapat men”transmit” informasi yang diterimanya (received) secara
simultan/bersamaan/sekaligus. Bayangkan ada sebuah receiver pada satu channel,
dan sebuah high power transmitter (pemancar berdaya pancar tinggi) pada sisi
lainnya, dan sebuah mikrophone pada transmitter dan sebuah speaker milik receiver
yang diletakkan di depan transmitter tersebut. Sekarang, buat proses tersebut
berlangsung secara otomatis. Semua sumber yang dapat didengar oleh receiver
sekarang mempunyai daya transmit yang lebih tinggi dari proses tersebut.
Pada umumnya, sistem repeater biasanya
diletakkan di okasi yang mempunyai ketinggian yang melebihi daerah sekitarnya
(pada sebuah tower, diatas gedung, bahkan diatas gunung). Receiver tersebut
juga dilengkapi dengan antena yang mempunyai efisiensi tinggi, losses
feedlines/masukkan yang sangat rendah, dan transmitter dan receiver yang tahan
lama, dapat bekerja non stop, dan didirikan sekebal mungkin terhadap pengaruh
apapun.
Hasil akhirnya, pengguna mendapatkan sebuah
receiver radio dengan jangkauan yang lebih luas dari pada menggunakan
komunikasi radio ke radio. Beginilah caranya individu dengan tranceiver
portable / walkie-talkie dapat berkomunikasi dengan orang yang jaraknya ratusan
kilometer dengan tingkat kejernihan suara yang baik.
2.
Simplex
Simplex adalah komunikasi point to point
tanpa menggunakan repeater. Sistem kerja
Simplex menggunakan frekuensi yang sama antara receiver dan transmitter,
seperti radio CB.
Tapi ada pula yang disebut sebagai Simplex
Repeater. Mesin ini bekerja dengan menggunakan satu frekuensi, ketika mesin itu
mendapat input/mengenali suatu input maka dia akan mulai merekam aktivitas
frekuensi tersebut dalam selang waktu yang telah ditentukan, biasanya 1 menit.
Bahasa slangnya adalah “Parrot Repeater”. Setelah aktivitas tersebut selesai atau
waktunya habis, mesin akan mengulang atau mentransmit apa yang ia rekam. Cara
seperti ini sangatlah tidak praktis dibandingkan repeater2 yang ada saat ini,
karena dengan cara ini kita harus mendengarkan terlebih dahulu apa2 yang kita
transmit sebelumnya sebelum menerima balasan dari penguna lain, dan penggunaan
channelnya menjadi sebuah permasalahan lagi, karena kita tidak tahu kapan
seseorang merekam, bisa jadi beberapa orang merekam pada saat yang bersamaan. Meskipun demikian, sistem ini tidak seharusnya
kita abaikan, karena sistem ini juga mempunyai kelebihan khusu yang akan kita
bahas lagi nanti kalau ingat.
3.
Duplex
Penjelasan simple dari duplex yaitu seperti
menggunakan telephone, dimana dua pihak dapat berbicara pada saat yang sama.
Sepasang walkie-talkie/handheld yang kita gunakan beroperasi dengan mode
setengah duplex / half duplex, karena hanya satu orang dapat berbicara pada
saat yang sama. Sedangkan Repeater Duplex, karena alat tersebut dapat mendengar
dan berbicara (receive dan transmit) pada saat yang sama maka Repeater dapat
beroperasi secara full duplex.
Sekumpulan antena, feedline, duplexer da
kabel interkoneksi disebut sebagai “antenna system”.
4.
Antena
Sebagian besar repeater hanya menggunakan 1
antena. Antena tersebut dapat bekerja sebagai antena transmiter dan antena
receiver secara bersamaan. Antena tersebut dapat mentransmit dan mereceive sinyal
frekuensi radio yang masuk dan keluar repeater secara bersamaan. Biasanya
repeater mempunyai performa tinggi, durable/tahan lama, dengan antena yang
sangat efisien yang terletak setinggi mungkin. Harga antenanya bisa jadi sangat
mahal, tetapi antena tersebut dapat bekerja selama 10 hingga 25 tahun.
5.
Feedline
Feedline untuk repeater pada umumnya tidak
sekedar cable coaxial standar pasaran, feedline khusus repeater biasa disebut
sebagai Hardline. Feedline tersebut lebih terlihat seperti pipa dengan
konduktor didalamnya daripada sebuah kabel. Hardline tersebut harus mempunyai
performa yang tinggi, dengan signal loss yang rendah. Sekali anda menerima
signal berapapun persentasenya, signal loss itu tdk akan anda dapatkan lagi. Tidak
seperti feedline pada rig yang mobile, Hardline ini panjangnya tidak hanya
semeter dua meter, melainkan bisa mencapai ratusan meter tergantung dari tinggi
tower. Semakin tinggi kualitas hardline maka realibilitasnya semakin tinggi,
tentunya biaya pemeliharaanya pun menjadi lebih rendah.
6.
Duplexer
Alat ini memegang peranan penting dalam
sebuah sistem repeater. Duplexer ini bertugas untuk memisahkan dan mengisolasi antara
sinyal yang masuk dengan sinyal yang keluar dan sebaliknya. Meskipun frekuensi
input dan frekuensi output repeater berbeda, duplexer tetap diperlukan. Kenapa
demikian? Pernahkah anda berada pada suatu lokasi dimana terdapat banyak sekali
aktifitas RF (Frekuensi Radio), dan menyadari bahwa performa receiver radio
anda menjadi melemah. Peristiwa tersebut disebeut sebagai desensitization atau
desense atau kemampuan sensing nya menurun, dan ini merupakan hal buruk pada
sebuah repeater. Receiver menerima noise atau terdesentisasi sehingga tidak
dapat mendengar input sinyal yang sangat kuat disekitarnya dan bingung sinyal
mana yang seharusnya repeater itu terima. Hasilnya adalah kualitas penerimaan
sinyal yang buruk, atau pada kondisi ekstrimnya tidak kapabilitas penerimaan
sinyal yang seharusnya menjadi sangat rendah. Hal tersebut diatas hanyalah
sebuah contoh. Kenyataanya disekitar kita ada banyak sekali RF yang berdar dan
cukup untuk saling mengganggu satu sama lainnya. Sekarang coba bayangkan apa
yang akan terjadi apabila kita menggunakan antena dan feedline yang sama untuk
frekuensi receiver dan transmitter yang berbeda. Disitulah peran duplexer, alat
tersebut mencegah transmitter dan receiver untuk “mendengar” satu sama lain
dengan cara mengisolasi sinyal tersebut. Semakin baik isolasinya semakin baik
pula hasilnya.
Duplexer biasa juga disebut sebagai cavities
dan kadang juga disebut cans. Sebuah duplexer mempunyai bentuk seperti sebuah
canister yang tinggi yang didesign agar mampu melewatkan range frekuensi yang
sangat-sangat sempit dan menolak semua frekuensi diluar range frekuensi yang
ditentukan. Meskipun demikian, duplexer juga menyebabkan loses. Loss yang
disebabkan duplexer disebut “insertion loss”. Namun loss tersebut sebanding
dengan keutungan menggunakan duplexer : menggunakan 1 feedline dan 1 antena.
7.
Receiver
Alat yang digunakan untuk menerima sinyal
frekuensi radio. Pada peralatan repeater, receiver ini umumnya bersifat sangat sensitif dan selektif serta berperforma
tinggi sehingga mampu mendengar sinyal dari station yang lemah sehingga station
lemah tersebut dapat terdengar oleh receiver lainnya. Disini juga berlangsung
apa yang namanya CTCSS (Continuous Tone Coded Squelch System) atau "PL"
decoding.
8.
Transmitter
Mesin pada umumnya mempunyai bagian
transmitter yang terdiri dari 2 bagian utama : “exciter” dan power. Exciter berfungsi
untuk membangkitkan sinyal frekuensi radio dengan level energi rendah yang
besar frekuensinya presisi kemudian frekuensi tersebut dimodulasikan dengan
audio. Pada tahapan power amplifier sinyal tersebut di boost sedemikian hinga
level energinya naik dan sinyal yang sudah diboost inilah yang kemudian
berjalan (travelled). Ada 2 jenis transmitter : intermittent duty dan
continuous duty. Continuous duty lebih sering digunakan.
9.
The Station
Station merupakan satu set radio yang
meliputi : transmitter, receiver dan terkadang peralatan kontrol. Misal: radio
dispathcer yang terdapat di P2D PLN. “Stasiun Repeater yaitu stasiun yang
didesain menggunakan duplex repeater.
10.
Controller
Bagian ini adalah otak dari repeater.
Bagian ini bertugas untuk mengidentifikasi stasiun-stasiun, baik melalui CW
maupun suara, melakukan transmisi pada saat yang tepat, dan mengontrol
autopatch, dll. Kadang bagian controller ini dilengkapi dengan DVR (Digital
Voice Recorder). Controller ini sebetulnya adalah sebuah komputer yang
diprogram khusus untuk mengontrol repeater. Ada berbagai macam fitur yang
ditawarkan ada beragam jenis controller, misalhnya voice clock, fasilitas untuk
mengontrol “remote base”, inking, dsb.
11.
Offset
Untuk dapat melakukan receive dan transmit
pada saat yang sama (bersamaan), repeaters menggunakan 2 frekuensi yang
berbeda. Pada ham band 2 meter, pemisahan frekuensinya berbeda 600 kHz satu
sama lainnya. Jika frekuensi transmit lebih tinggi 600 kHz dari receive nya
maka disebut offset negatif. Jika frekuensi receive 600 kHz lebih tinggi dari transmitnya
maka disebut offset positif.
Radio genggam yang ada di pasaran saat ini
umumnya memiliki standar offset sbb:
Standard Repeater Input/Output Offsets
|
|
Band
|
Offset
|
6 meters (50-54 MHz)
|
No real nationwide standard, it varies widely.
Most common are -500 KHz, -600 KHz or -1.0 MHz |
2 meters (144-148 MHz)
|
Up and down 600 KHz, depends on frequency
|
1.25 meters (222-224 MHz, also called
"220")
|
Down 1.6 MHz
|
70 cm (440 MHz, also called "UHF")
|
Up or down 5 MHz, depends on local area usage
|
33 cm (900 MHz)
|
-25 MHz
|
23 cm (1200 MHz)
|
-20 MHz
|
12.
Mengapa Repeater menggunakan Offset?
Untuk menggunakan repeater, user station
harus menggunakan frekuensi transmit dan frekuensi receive yang berbeda. Hal
tersebut yang membentuk operasi duplex, atau operasi 2 frekuensi. Tapi pada
sisi pengguna/user station operasi kerja handheldnya adalah half duplex, karena
alatnya tidak dapat melakukan transmit dan receive secara bersamaan, melainkan
harus menekan tombol push-to-talk untuk berpindah mode dari receive ke
transmit.
13.
Carrier Access, Tone Squelch, CTCSS atau PL Tone
Carrier Acces atau Carrier Squelch berarti
bahwa repeater mencari carrier pada frekuensi receiver untuk membuka “squelch”.
Sebuah sirkit disebut Carrier Operated Switch (COS) atau Carrier Operated Relay
(COR) mengindikasi apakah squelch telah terbuka dan memberitahu ke repeater
bahwa terdapat carrier pada sisi inputnya. Controller mengunci transmitter
dengan cara tersebut ia merepeat sinyal (???)
Continuous Tone Coded Squelch System, atau
CTCSS, adalah skema standar komunikasi radio. CTSS menyediakan peralatan
elektronik untuk mengijinkan repeater merespon (receive) hanya pada satu
stasiun yang memiliki sandi atau mengirim tone audio tertentu yang presisi pada
level superimosed yang sangat rendah dari
sisi transmitter bersamaan dengan suara microphonenya. Sistem CTCSS digunakan
untuk mencegah receiver pada repeater merespon sinyal yang tidak diinginkan
atau gangguan/interferensi. Sistem tersebut mencari baik carriernya maupun audio
tone sebelum sinyal terebut dinilai valid.
Jika repeater bekerja pada “tone mode”, artinya repeater tersebut
membutuhkan CTCSS tone untuk mengaktifkan repeater.
Jika repeater beoperasi pada mode carrier,
maka repeater tersebut mengabaikan dekoder CTCSS (jika ada). Controller
repeater modern mampu menyediakan fitur beralih dari mode tone ke mode carrier
secara otomatis.
CTCSS tone itu berkisar antara 67-250Hz,
rentang frekuensi tersebut disebut sub-audible, antara bisa didengar atau tidak
bisa didengar, tergantung kualitas handheldnya.
Masing-masing produsen radio memiliki
penamaan sistem CTCSS yang berbeda, misalnya, Motorola dengan PL atau Private
Line, General Electric dengan Channel Guard atau CG, dan masih banyak penamaan
CTCSS lainnya seperti: Call Guard, Quite Channel, Quite Tone, dll.
Saat ini dijaman yang serba digital, audio
tone pun menjadi lebih aman dengan adanya Digital Coded Squelh (DCS) yang
menggunakan 85 bit tone sub-audible. Motorola menamakannya Digital Private Line
atau DPL.
Sumber : - http://www.repeater-builder.com/rbtip/repeater101.html
- kaskus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar